IAIN Lhokseumawe adakan Rapat Tinjauan Manajemen

Lhokseumawe – Kamis, 18 Juli 2019, IAIN Lhokseumawe melakukan Rapat Tinjauan Manajemen (RTM) yang dimotori oleh Lembaga Penjaminan Mutu (LPM), di Ruang Rapat, lantai II Kampus Buket Rata, Alue Awe. Rektor IAIN Lhokseumawe, yang diwakil oleh Wakil Rektor II, Dr. Darmadi, M.Si., dalam sambutannya menyampaikan bahwa Pimpinan institusi sangat bergembira atas adanya kegiatan RTM yang baru pertama kalinya dilakukan di IAIN Lhokseumawe. Hal tersebut sangat bermanfaat dalam proses peningkatan mutu di lingkungan IAIN Lhokseumawe. Beliau berharap agar semua pihak, khususnya pimpinan institusi, fakultas, prodi, maupun unit-unit kerja lainnya dapat mendukung kegiatan ini, dan semoga dapat dilakukan secara rutin. Berkaitan dengan itu, Darmadi secara khusus meminta kepada LPM untuk senantiasa meng-update kemampuan para auditornya agar mereka bisa bekerja secara baik dan maksimal.

RTM yang dilakukan tersebut khusus tentang hasil evaluasi dan simulasi yang telah dilakukan pada hari sebelumnya di Prodi Tadris Bahasa Indonesia (TBIn) dan prodi Ekonomi Syariah (ES), dalam kaitan persiapan APSnya. RTM tersebut dihadiri oleh Warek II, Tim LPM, Dekan dan Wakil Dekan 4 Fakultas, Ketua dan Sekretaris Prodi, dan Ketua LPPM.

Hasil RTM dipaparkan dalam 2 sesi, yang pertama oleh Lisa, M.Pd sebagai ketua Tim untuk prodi Ekonomi Syariah, dan yang kedua oleh Dr. Nurlaila, M.Pd sebagai ketua Tim untuk prodi TBIn. Paparan kedua tim yang merupakan hasil temuan di 2 prodi diterima secara baik oleh peserta rapat, dan berkomitmen untuk melakukan perbaikan-perbaikan ke depannya. Pihak Rektorat, yang diwakili oleh Warek II, dalam tanggapannya mengapresiasi hasil kerja tim, dan akan membahas lebih lanjut pada rapat pimpinan yang akan datang.

Ketua LPM, Dr. Al Husaini M.Daud, M.A., mengatakan “RTM seperti ini akan selalu dilaksanakan ke depan secara rutin, tidak hanya dalam rangka melihat kelengkapan dokumen APS, tetapi dilakukan secara rutin setiap semester. Dengan demikian, Institusi, Fakultas, dan Prodi mengetahui kekurangan yang ada, dan agar segera menindaklanjutinya. Apabila hal ini sudah menjadi budaya, maka semua prodi, fakultas, dan institusi tidak akan kesulitan dalam melakukan berbagai persiapan akreditasi.”