Mantapkan Pemahaman Terhadap Instrumen APT dan APS 9 Kriteria, LPM IAIN Lhokseumawe Adakan Klinik Akreditasi

Kampus Buket Rata, 6-7 Desember 2019

Dalam rangka memantapkan pemahaman civitas akademika IAIN Lhokseumawe, khususnya para Tim akreditasi, terhadap instrumen Akreditasi Perguruan Tinggi (APT) dan Akreditasi Program Studi (APS) versi 9 kriteria, Lembaga Penjaminan Mutu (LPM) kembali melaksanakan sebuah kegiatan yang bertujuan untuk memahami secara lebih mendetail tentang proses penyusunan Laporan Kinerja Perguruan Tinggi (LKPT), Laporan Kinerja Program Studi (LKPS), dan Laporan Evaluasi Diri (LED) baik untuk Perguruan Tinggi maupun Program Studi. Kegiatan dimaksud adalah Klinik APT dan APS versi 9 Kriteria yang dilaksanakan selama dua hari di ruang Aula Biro Rektor IAIN Lhokseumawe, Kampus Buket Rata, Alue Awe, Lhokseumawe. Peserta Klinik tersebut adalah seluruh Tim APT dan APS, Para Wakil Rektor, Kepala Biro, para Dekan dan Wakil Dekan I, Direktur dan Wakil Direktur Pascasarjana, Ketua Lembaga, dan Kepala UPT TIPD yang berjumlah 50 orang. Narasumber yang diundang adalah Bapak Suparto, S.Ag., M.Ed., Ph.D., Dekan Fakultas Dakwah UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, yang  juga merupakan Asesor senior Badan Akreditasi Nasional Perguruan Tinggi (BAN-PT).

Klinik dibuka secara langsung oleh Rektor IAIN Lhokseumawe, Dr. H. Hafifuddin, M.Ag. Dalam sambutannya, beliau mengatakan: “IAIN Lhokseumawe harus bangkit dari tidurnya, dan merubah kebiasaan-kebiasaan lama dalam pengelolaan institusi. Kita harus sadar akan tugas dan tanggung jawab kita, kita harus memahami dan memiliki kepedulian terhadap keadaan institusi kita saat ini, kita harus mau berkaca kepada universitas lain yang saat ini sudah semakin gesit melakukan peningkatan-peningkatan dalam berbagai hal. Dengan demikian, kita senantiasa bisa dan mau menggali ilmu agar kita mampu mengelola institusi ini lebih baik ke depannya. Kita harus sadar akan perlunya mutu, perlunya akreditasi yang lebih baik, perlunya memiliki sistem penjaminan mutu internal (SPMI) yang baik. Mutu bukan semata-mata tanggung jawab LPM, melainkan tanggung jawab kita semua, tanggung jawab seluruh unit yang ada. Oleh karena itu, kita harus mau belajar banyak dari Guru kita yang hadir bersama kita selama dua hari ini. Dalam hal tata kelola, akreditasi, dan penjaminan mutu perguruan tinggi, beliau sangat ahli dan mumpuni, jadi tanyalah, belajarlah, galilah ilmu sebanyak-banyaknya dari beliau, sehingga kita memiliki ilmu yang dibutuhkan dalam mengelola perguruan tinggi ini. Setelah itu, mari kita tumbuhkan kesadaran dan kepedulian kita terhadap mutu pendidikan di IAIN Lhokseumawe ini, mari kita implementasikan ilmu yang akan kita peroleh dari beliau, sehingga walaupun kita belum bisa menyamai perguruan tinggi lain yang sudah maju, setidaknya kita bisa mengikuti jejak-jejak mereka untuk mengembangkan perguruan tinggi kita”, demikian ujar pak rektor. 

Dalam kesempatan yang sama, Ketua LPM, Dr. Al Husaini M. Daud, MA. mengatakan bahwa kita sengaja melakukan kegiatan ini untuk mempelajari kembali dan memantapkan pemahaman, dan melengkapi pengetahuan tentang bagaimana cara penyusunan LKPT, LKPS, LED PT, dan LED PS yang telah diperoleh dari narasumber pada kegiatan sebelumnya, Bimbingan Tekniks APT dan APS, yang dilaksanakan pada tanggal 4-5 Nopember 2019 lalu.  Pada kegiatan Klinik ini kita mengundang bapak Suparto, S.Ag., M.Ed., Ph.D. yang kita ketahui sebagai salah seorang Asesor Senior sekaligus Fasilitator BAN-PT. Semoga dengan pelaksaksanaan kegiatan ini, semua peserta dapat memahami instrumen APT dan APS tersebut dengan baik, dan dapat melakukan penyusunan laporan-laporan tersebut sesuai dengan ketentuan dan tepat waktu.

Tumbal Akreditasi

             Aktifitas akreditasi perguruan tinggi atau akreditasi program studi sering menjadikan Lembaga Penjaminan Mutu sebagai “tumbal akreditasi”. Kenyataan ini terjadi karena persepsi kawula kampus masih sangat konvensional dalam memahami fakta akreditasi. Beban kerja kampus dalam mencapai kualitas seakan-akan menjadi tugas LPM semata, padahal semua itu tugas seluruh unsur awak kampus. Nara sumber kegiatan Klinik Bapak Suparto mengatakan bahwa untuk  mengelola sebuah perguruan tinggi semua pihak harus terlibat secara langsung maupun tak langsung serta harus memiliki kepedulian yang tinggi, semua pihak wajin melakukan tugas, fungsi, dan tanggung jawabnya dengan baik, selain itu seluruh elemen kampus harus melakukan sistem penjaminan mutu yang baik. Meskipun terkadang lembaga penjaminan mutu tidak jarang  menjadi tumbal akreditasi, ini adalah persepsi yang salah, demikian ujarnya.

             Jika semua elemen berjalan sesuai tupoksi masing-masing secara profesional dipastikan data-data penting yang selama ini tercecer entah di mana atau berserakan di nama-mana akan dengan mudah dikumpul dan diimput untuk kemudian disatukan dalam satu dokumen yang rapi, sehingga sewaktu-waktu diperlukan dengan mudah dapat diakses  oleh seluruh pemangku kepentingan di lingkungan Institut Agama Islam Negeri Lhokseumawe. Karenanya, menjadi suatu hal yang tak dapat dihindari, era akreditasi ini mengharuskan sendi-sendi perguruan tinggi digerakkan secara bersama-sama dan berkelanjutan agar cita-cita mutu unggul dapat dicapai. Sebaliknya jika realitas ini hanya menjadi beban kerja satu bagian sementara bagian yang lain hanya melihat dan menonton, maka akreditasi unggul tersebut akan menyisakan petaka bagi selurun unsur civitas akademika.